Cinta dan Tangungjawab

Pada kesempatan kali ini sebenarnya saya akan melanjutkan artikel saya sebelumnya tentang Fenomena GB Paserbumi tapi seperti tersumbat tak ada pemikiran sama sekali yang ada otak dan hatiku menuntunku untuk berbicara tentang Cinta dan Tanggung Jawab ohhh... my God... apa yang terjadi terjadilah..

Cinta atau mencintai memang tidak perlu belajar. Cinta datang dengan sendirinya tanpa di undang dan bisa hilang seperti sulap tanpa di antar. Ya begitulah cinta... kadang kita merasa jatuh cinta pada seseorang saat kita sudah terikat dengan "cinta dan tanggungjawab" dalam arti terikat "komitmen" dengan seseorang. Mungkin ini yang sering di bilang si Pat Kai "Cinta Penderitaan Tiada Akhir". Jika sudah merasa begini kita akan merasa menyesal telah berkomitmen tinggal bagaimana hati kita dalam "menimbang" antara Cinta dan Tanggung Jawab yang sebenarnya membutuhkan satu kesatuan jika ingin sampai ke ujung waktu.
Tetapi dalam kontek "true love" kita harus belajar mencintai orang dengan sehat. Itulah sebabnya cinta membutuhkan aturan. Even love needs rules. Cinta juga adalah sebentuk tanggung jawab. Ya, cinta adalah tanggung jawab. Ketika kita berani mencintai seseorang atau sesuatu, maka kita sudah harus mendampinginya dengan tanggung jawab.

Kecintaan seseorang kepada dirinya sendiri, akan memberikan rasa tanggung jawab bahwa ia harus menjaga dan merawat dirinya sendiri baik secara fisik maupun mental. Ketika kita mencintai harta yang kita miliki, maka kita akan punya tanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya. Begitu pun ketika kita mencintai seseorang; mencintai calon istri atau calon suami, mencintai anak kita, mencintai istri atau suami kita, mencintai orangtua, maka semua itu pasti melahirkan tanggung jawab. Kita akan merawatnya agar cinta yang kita taburkan bersih, suci, dan kita berkomitmen sebagai bentuk dari tanggung jawab bahwa kita berusaha untuk tak akan pernah mencederainya atau menodainya.

Hanya ungkapan hati saat menemukan cinta lagi. Kepedihan semoga hanya kayalan...